Rambut dikepala emak mulai menyusul beruban, sama seperti abah yang dua belas tahun selisihnya.Tenaga mereka berdua benar benar telah nol, tidak lagi menghasilkan suatu apapun, hanya lantunan doa yang tak putus di setiap ujung sembahyangnya. Kulihat setiap kali mereka bermunajat meski tak dapat kudengar apa yang diucapkannya, tapi kuyakin nama kami anak anaknya selalu ada diantara ayat ayat itu...,kadang aku menebak nebak setiap kali sebuah keberuntungan datang ," ini pasti salah satu dari doa emak" ,meski rentang waktunya begitu lambat menurut ukuran kesabaranku. Jemarinya yang dulu lembut kini keriput diterpa badai masalah yang dihempaskan dari tingkah polah anak anaknya. Sesekali kulihat abah, tidur miring berbantalkan setumpuk beban. Dalam tidur atau terjaga , merekapun tetap berfikir...berdzikir..
Aku bisa apa? sejauh kilometer ini , aku belum bisa merubah nasib mereka, bahkan menyelamatkan garis hidupku sendiri saja aku gagal. Aku selalu mempelajari kalimat lirih yang sering keluar dari mulut mereka yang sambil bergetar berucap "Gusti Alloh Ora Sare.."
Gusti Alloh Ora Sare
0 Komentar di Blogger